
Sebuah langkah monumental sedang ditempuh oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
Lewat program ambisius bertajuk Penulisan Ulang Sejarah Nasional Indonesia, pemerintah menggerakkan lebih dari 120 sejarawan dan arkeolog untuk menyusun narasi sejarah bangsa yang lebih utuh, segar, dan inklusif.
Dipimpin oleh Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Susanto Zuhdi, tim ini telah bekerja sejak Januari 2025 dan kini telah menuntaskan 60–70 persen proses penulisan.
Peluncuran resminya direncanakan pada momen sakral: 17 Agustus 2025, tepat dalam rangka memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia.
“Kami merumuskan kerangka acuannya sejak awal tahun. Ada 10 jilid yang akan diterbitkan, dimulai dari periode prasejarah hingga masa kontemporer,” ujar Prof. Susanto dalam keterangannya
Bongkar Ulang Asal-Usul dan Identitas Bangsa
Tidak hanya fokus pada peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah kemerdekaan, penulisan ulang ini juga akan menyoroti aspek yang selama ini kurang tergali: asal-usul nenek moyang, interaksi budaya dengan dunia luar, dan identitas kebangsaan dari masa ke masa.
“Ini bukan sekadar pembaruan data, tapi pencarian jati diri bangsa secara historis. Kita menggambarkan identitas bangsa sejak masa prasejarah hingga manusia Indonesia kontemporer,” tambah Susanto yang dikenal sebagai pakar sejarah maritim.
Penulisan ini bukan proyek main-main. Sebanyak 120 pakar sejarah dan arkeologi dari seluruh Indonesia dilibatkan. Susanto didampingi dua editor utama:
Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono (UNDIP) ,Prof. Dr. Jajat Burhanuddin (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Mereka mengoordinasikan 20 editor jilid yang masing-masing bertugas menyusun bagian dari 10 jilid buku sejarah versi terbaru.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan, penulisan ulang ini mencakup periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga era Presiden Joko Widodo (Jokowi) — bagian sejarah yang belum pernah dimasukkan dalam narasi resmi sebelumnya.
“Terakhir kali sejarah nasional kita ditulis itu sebelum era Pak SBY. Sekarang kita update, termasuk masa Jokowi,” kata Fadli saat ditemui di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (5/5/2025).
Menurut Fadli, terakhir kali sejarah nasional Indonesia disusun secara resmi adalah pada 2012, artinya sudah lebih dari satu dekade tidak diperbarui.
Bukan Sekadar Buku, Tapi Warisan Kolektif
Penulisan ulang ini tak sekadar menyasar perbaikan narasi sejarah. Ini adalah langkah strategis untuk mewariskan identitas nasional kepada generasi mendatang dengan perspektif yang lebih objektif, inklusif, dan berbasis ilmu pengetahuan terkini.
Diharapkan, karya ini akan menjadi referensi utama di dunia pendidikan, penelitian, dan publikasi internasional tentang sejarah Indonesia. ***