
Meski dikenal sebagai proyek pemakaman paling ambisius dalam sejarah, makam Kaisar Pertama China, Qin Shi Huang, masih belum pernah dibuka hingga kini. Setelah lebih dari dua milenium terkubur, makam tersebut tetap menjadi teka-teki besar dunia arkeologi, bukan karena tak ditemukan, melainkan karena para ilmuwan sendiri memilih untuk menunggu.
Penemuan makam Qin Shi Huang bermula pada 1974, saat seorang petani di Provinsi Shaanxi, China, secara tak sengaja menemukan situs arkeologi penting saat menggali sumur. Penggalian lanjutan mengungkap ribuan patung prajurit dan kuda dari tanah liat dalam formasi militer lengkap, yang kini dikenal sebagai Terracotta Army. Patung-patung itu dipercaya dibuat untuk menjaga makam sang kaisar.

Menurut para arkeolog, kompleks makam tersebut terkubur sedalam 690 meter dari permukaan tanah dan membentang hingga 56 kilometer persegi. Ini menjadikannya salah satu situs arkeologi terbesar di dunia.
Melansir IFL Science, makam utama Qin Shi Huang belum pernah dibuka, sebab adanya kekhawatiran akan kerusakan permanen yang bisa terjadi jika penggalian dilakukan dengan teknologi invasif yang ada saat ini. Para ilmuwan ingin menghindari kesalahan masa lalu, seperti yang terjadi saat penggalian Kota Troy oleh Heinrich Schliemann pada abad ke-19 yang justru menghancurkan banyak artefak penting.
Teknologi non-invasif seperti pemindaian partikel muon yang bekerja layaknya sinar-X raksasa dari partikel kosmikpun pernah diusulkan untuk menelusuri isi makam tanpa membukanya. Namun implementasinya masih sangat terbatas.
Tak hanya risiko kerusakan arkeologis, bahaya lain juga mengintai seperti kontaminasi merkuri. Sampel tanah di sekitar makam menunjukkan kadar merkuri yang sangat tinggi, memperkuat catatan sejarawan Tiongkok kuno Sima Qian. Dalam tulisannya, ia menggambarkan makam yang dipenuhi jebakan mekanis, busur panah otomatis, dan sungai merkuri yang disusun menyerupai Sungai Kuning dan Sungai Yangtze dan semua itu dibuat untuk melindungi sang kaisar dari penyusup.
Merkuri kala itu diyakini memiliki kekuatan untuk memberikan keabadian. Namun bagi para arkeolog modern, unsur kimia ini justru menjadi ancaman serius.
Untuk saat ini, makam Qin Shi Huang tetap tersembunyi di bawah tanah, utuh dan belum terganggu. Para ilmuwan percaya, ketika teknologi sudah benar-benar siap, mungkin saat itulah dunia bisa mengungkap isi dari makam paling misterius di China tersebut tanpa menghancurkan warisan sejarah yang tak ternilai harganya.
Menarik sekali mengetahui bahwa makam Kaisar Qin Shi Huang masih penuh misteri setelah ribuan tahun. Penemuan Terracotta Army pada 1974 memang membuka wawasan baru tentang kebesaran Dinasti Qin. Luasnya kompleks makam yang mencapai 56 kilometer persegi sungguh menakjubkan dan menunjukkan betapa ambisiusnya proyek ini. Namun, mengapa para ilmuwan masih memilih untuk menunda pembukaan makam tersebut? Apakah alasan utamanya terkait dengan teknologi yang belum memadai atau kekhawatiran akan kerusakan pada artefak di dalamnya? WordAiApi