
Tak ada peradaban yang lebih mistis, ajaib, dan misterius dari pada Mesir Kuno. Yap, lihat saja Piramida Giza, Sphinx Agung, padang pasir yang luas, firaun yang seperti dewa, kekayaan Sungai Nil, dan jajaran dewa berkepala binatangnya. Ada pula makam emas yang menyimpan mumi berusia ribuan tahun di sakrofagus, tanda kebesaran tongkat dan cambuk firaun, hieroglif yang dikodekan dengan makna rahasia, nama-nama yang unik seperti Tutankhamun, Ramses, Nefertiti, Cleopatra. Ditambah lagi, peradaban Mesir Kuno pernah disebutkan dalam Al-Qur’an, ketika Nabi Musa memperingatkan Firaun untuk kembali ke jalan Allah SWT.
Tak hanya kita masyarakat awam, para ahli yang mempelajari sejarah Mesir selama beberapa dekade juga dibuat kebingungan untuk memecahkan misteri tentang peradaban ini. Namun, meskipun sudah dilakukan penelitian arkeologi selama berabad-abad, banyak misteri tentang Mesir Kuno yang belum terpecahkan. Seperti, apakah para pekerja membangun Piramida Giza menggunakan jalan landai, katrol, dan sebagainya? Apa sebenarnya arti Sphinx? Apakah Cleopatra dimakamkan di Alexandria, dan kemudian makamnya ditelan oleh banjir besar? Apa yang terjadi pada tubuh Nefertiti? Rupanya, pertanyaan-pertanyaan seperti itu merupakan misteri yang belum terpecahkan dari Mesir Kuno, lho.
Namun, jangan bersedih hati, sedikit demi sedikit, para peneliti dari semua golongan dan disiplin ilmu dengan tekun berhasil mengikis kumpulan penemuan baru yang mengungkapkan informasi dan pengetahuan tentang Mesir Kuno. Meskipun beberapa penjelasannya masih diperdebatkan, tetapi banyak pertanyaan tentang Mesir Kuno ini yang sudah terjawab.
Artikel ini telah tayang di Idntimes.com dengan judul “7 Misteri Peradaban Mesir Kuno Ini Terpecahkan, Ada Kutukan Firaun”.
1. Jean-François Champollion berhasil mengungkap semua aksara Mesir Kuno

Hieroglif sangat terkenal di Mesir Kuno. Namun, masyarakat Mesir Kuno tidak hanya menulis menggunakan hieroglif, lho. Ada Demotik, yang merupakan jenis aksara sehari-hari masyarakat Mesir Kuno yang terlihat seperti bahasa Arab. Lalu ada pula hieratik.
Selain itu, beberapa masyarakat Mesir di bawah dinasti Ptolemeus (sekitar 323 hingga 30 SM) menulis menggunakan huruf Yunani karena elite penguasanya adalah orang Yunani Makedonia. Bahasa mereka adalah Koptik. Nah, berkat bahasa Koptik inilah, orang Prancis bernama Jean-François Champollion berhasil mengungkap semua aksara Mesir Kuno lainnya pada 1822. Pasalnya, Champollion menguasai bahasa Koptik ini.
Bayangkan saja ketika peneliti dihadapkan dengan ribuan papirus dan prasasti Mesir Kuno dalam aksara hieratik, demotik, hieroglif, dan Koptik, tetapi tidak dapat membacanya. Jean-François Champollion berhasil menggunakan Batu Rosetta, yang berisi dekrit di bawah Raja Ptolemeus V dari dinasti Ptolemeus untuk mengungkap semuanya.
Adapun, Batu Rosetta ditulis dalam aksara demotik, hieroglif, dan Koptik, sehingga Jean-François Champollion bisa membacanya. Bahasa Koptik pun akhirnya menjadi jembatan antara aksara, dan misteri Mesir Kuno mulai terpecahkan. Jean-François Champollion sendiri berhasil menjadi orang pertama yang mampu membaca hieroglif Mesir Kuno setelah 1.400 tahun lamanya.
2. Menurut ahli Mesir, Dr. Janet Davey, mumi berambut pirang merupakan rambut alami, bukan hasil proses mumifikasi

Mumi Gebelein ditemukan pada 1896 di sebuah kuburan pasir gurun yang kering dan dangkal. Namun, penemuan mumi ini membuat para peneliti kebingungan. Meskipun demikian, mumi ini menjadi salah satu mumi tertua yang ditemukan dari Mesir Kuno. Mumi ini berasal dari sekitar 3400 SM, yaitu Mesir pra-dinasti atau sebelum firaun pertama, Menes, menyatukan negara tersebut.
Dinamai berdasarkan wilayah tempat ia ditemukan, mumi Gebelein rupanya terawetkan dari proses mumifikasi yang cukup rumit. Rupanya, pasir kering di Mesir-lah yang membuat pengawetannya menjadi sempurna. Di sisi lain, ia kemungkinan dibunuh, karena tulang belikat dan tulang rusuknya menunjukkan kerusakan, seperti adanya tusukan belati sepanjang 13 sentimeter.
Dulu, peneliti percaya bahwa rambut merah atau pirang pada mumi terjadi karena proses mumifkasi yang menggunakan bahan seperti henna. Yap, henna berasal dari daun tanaman henna (Lawsonia inermis). Kemungkinan, Firaun Ramses II juga mewarnai rambutnya dengan henna untuk menutupi ubannya. Selain itu, beberapa mumi Mesir juga memiliki kuku merah karena henna ini.