
Sebuah batu prasasti yang diperkirakan berasal dari 1.500 tahun lalu di era akhir Romawi-Bizantium laku terjual US$ 5,04 juta atau sekitar Rp 82,2 miliar. Batu tersebutdiyakini sebagai salah satu batu tertua di dunia dengan ukiran 10 Perintah Allah dari Perjanjian Lama telah terjual dalam sebuah pelelangan.
Harga jual batu tersebut melampaui estimasi awal sebesar US$ 2 juta (Rp 32,6 miliar). Menurut Sotheby’s yang menggelar pelelangan, pembelinya enggan diungkap identitasnya. Namun, ia berencana untuk mendonasikan batu tersebut ke institusi Israel.
Batu yang menyimpan jejak sejarah dunia purba tersebut sudah dilupakan selama beratus-ratus tahun. Beratnya 115 pon atau sekitar 52 kilogram. Tingginya 2 kaki atau setara 0,6 meter.
Penemuan awalnya pada 1913 saat dilakukan penggalian di jalur kereta api baru wilayah utara yang kini menjadi bagian dari Israel, dikutip dari CNN International, Kamis (29/5).
Batu tersebut ditemukan di dekat situs sinagoge, masjid, dan gereja kuno dan bertuliskan 10 hukum Alkitab dalam aksara Paleo-Ibrani. Meskipun demikian, signifikansi penemuan tersebut tidak sepenuhnya dihargai dan batu tersebut terus digunakan sebagai paving di luar rumah seseorang selama tiga dekade.
Prasasti tersebut ditempatkan menghadap ke atas dan terbuka untuk dilalui banyak pejalan kaki, sehingga tulisannya kian memudar. Beruntung lempengan tersebut secara historis akhirnya diakui dan dilestarikan.
Menurut pernyataan pers oleh Sotheby’s, batu tersebut sempat dijual kepada seorang sarjana pada tahun 1943. Orang yang tidak disebutkan namanya ini sebagai Dasa Titah Samaria yang penting dan memuat ajaran-ajaran ilahi yang menjadi inti dari banyak agama.
Samaritanisme adalah agama monoteistik kuno yang didasarkan pada lima kitab pertama Perjanjian Lama. Meskipun terkait dengan Yudaisme, Samaritanisme menganggap Gunung Gerizim di wilayah Tepi Barat sebagai tempat tinggal Yahweh, bukan Gunung Sion.
Sotheby’s menjelaskan lempengan tersebut awalnya berada kemungkinan besar telah dihancurkan oleh invasi Romawi tahun 400-600 M atau sebagai akibat dari Perang Salib pada akhir abad ke-11.
Dalam klip video pendek tentang penjualan tersebut, rumah lelang tersebut menggambarkan Sepuluh Perintah dalam Kitab Keluaran sebagai “landasan hukum dan moralitas” dan “teks dasar peradaban Barat.”
Batu tersebut menampilkan 20 baris teks, yang mengikuti ayat-ayat dari Alkitab, yang umum dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Namun, hanya sembilan dari 10 perintah dari Kitab Keluaran yang disertakan, yang hilang adalah: “Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan.” Sebagai gantinya, ada petunjuk baru untuk beribadah di Gunung Gerizim.
Richard Austin, kepala buku dan manuskrip global Sotheby’s, mengatakan dalam pernyataan pers: “Papan yang luar biasa ini bukan hanya artefak bersejarah yang sangat penting, tetapi juga hubungan nyata dengan kepercayaan yang membantu membentuk peradaban Barat”.
“Menemukan bagian warisan budaya bersama ini berarti melakukan perjalanan melintasi ribuan tahun dan terhubung dengan budaya dan kepercayaan yang diceritakan melalui salah satu kode moral paling awal dan paling abadi dari umat manusia,” pungkasnya.
Batu prasasti ini benar-benar menakjubkan dan penuh dengan nilai sejarah yang luar biasa. Sangat menarik bagaimana artefak sepenting ini bisa terlupakan selama berabad-abad dan digunakan sebagai paving. Bagaimana mungkin sesuatu yang mengandung ajaran ilahi dan jejak sejarah dunia purba bisa diabaikan begitu saja? Saya penasaran kenapa baru sekarang signifikansi batu ini dihargai padahal sudah ditemukan sejak 1913. Apakah ada alasan tertentu mengapa identitas pembelinya dirahasiakan? Menurut saya, langkah mendonasikan batu ini ke institusi Israel adalah keputusan yang bijaksana, tapi apakah institusi tersebut sudah siap untuk melestarikan artefak sepenting ini? Bagaimana pendapatmu tentang hal ini?
Menarik sekali batu prasasti ini memiliki sejarah panjang dan signifikansi religius yang luar biasa. Menjualnya dengan harga yang jauh melampaui estimasi awal menunjukkan betapa berharganya artefak ini. Sungguh mencengangkan bahwa batu yang pernah digunakan sebagai paving selama tiga dekade akhirnya diakui dan dilestarikan. Pembeli yang enggan mengungkapkan identitasnya namun berencana mendonasikan batu tersebut ke institusi Israel patut diapresiasi. Apakah Anda tidak penasaran mengapa batu ini baru dihargai setelah sekian lama? Bagaimana menurutmu, apakah ini langkah yang tepat dalam melestarikan warisan sejarah seperti ini?
Menarik sekali membaca tentang batu prasasti tua ini yang memiliki nilai sejarah dan agama yang begitu besar. Sangat mencengangkan bahwa batu yang pernah dilupakan dan bahkan digunakan sebagai paving selama bertahun-tahun akhirnya diakui dan dijual dengan harga yang sangat fantastis. Apakah menurut Anda harga yang mencapai US$ 5 juta memang sepadan dengan nilai sejarahnya? Bagaimana mungkin sesuatu yang begitu penting bisa terlupakan begitu lama? Menarik juga bahwa pembelinya memilih untuk mendonasikannya ke institusi Israel—apakah ini akan membantu melestarikan warisan budaya tersebut dengan lebih baik? Saya bertanya-tanya, apakah ada upaya lain untuk menemukan atau melestarikan artefak sejenis yang mungkin masih terabaikan? Bagaimana menurut Anda, apakah ini akan membuka mata dunia terhadap pentingnya melindungi jejak sejarah seperti ini?