
BARU-baru ini Pasukan Revolusi Bersenjata Kolombia (FARC) menyatakan berdamai dengan Pemerintah Kolombia. Konflik bersenjata antara pemberontak FARC dengan pemerintah Kolombia telah berlangsung setengah abad lamanya. Tepat 20 tahun lalu atau 4 September 1996, FARC menyerang pangkalan militer Kolombia di Guaviare.
Serangan tersebut dilakukan sebagai bagian dari protes atas program penghapusan narkotika di Kolombia yang mendapat dukungan penuh Amerika Serikat (AS). Program penyemprotan tanaman koka yang sangat berharga di Kolombia semakin menguatkan motivasi FARC untuk melakukan serangan. Serangan yang berlangsung selama hampir tiga pekan itu menelan 130 orang korban jiwa.
Ketika budidaya tanaman koka mulai marak pada awal 1990 di Solano, Kolombia, para petani berusaha untuk tetap menumbuhkan kokain. Tetapi, langkah budidaya tanaman koka itu gagal. Pada musim panas 1996, 200 ribu petani menggeruduk ibu kota negara bagian mereka untuk menuntut mata pencaharian alternatif dan memprotes fumigasi tanaman.
Pemerintah Kolombia terkaget-kaget akan unjuk rasa tersebut. Mereka menganggap gerakan para petani adalah perbuatan FARC yang sebelum 1996 tidak pernah melakukan serangan. Aksi pemberontakan mereka sebatas penculikan, penggerebekan terhadap pos polisi, dan mengenakan pajak tinggi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan narkoba.
Mendapat tekanan dari AS, militer Kolombia merespons dengan menambah program fumigasi. Pada 1997, militer bersama paramiliter meluncurkan operasi antinarkoba, termasuk dengan serangan udara di mana warga sipil turut menjadi korban. Serangan balasan tersebut lebih terlihat sebagai balas dendam kepada FARC daripada kampanye antinarkoba yang didengung-dengungkan.